Minggu, 06 November 2011

bahasa sebagai konsep ilmiah

Peranan Dan Pentingnya Bahasa Indonesia Dalam Konsep Ilmiah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang di resmikan sebagai bahasa nasional, yang berfungsi untuk komunikasi dari berbagai daerah. Walaupun Indonesia banyak ragam bahasa daerah tetapi untuk komunikasi formal dan ilmiah tetap saja yang di pakai Bahasa Indonesia.
Tulisan Ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya. Dalam tulisan ilmiah Bahasa indonesia yang disesuaikan dengan EYD sangat digunakan dan diperhatikan, dan bahasa yang digunakan harus lengkap, terperinci, teratur, dan cermat.

Jika kita lihat
Bahasa Indonesia dalam konsep ilmiah sangat diperhatikan dan dibutuhkan, tetapi kalau kita lihat dalam pergaulan sehari-hari Bahasa Indonesia tidak terlalu di perhatikan. Seperti tulisan pada novel-novel remaja, si penulis lebih banyak menggunakan bahasa sehari-sehari dibandingkan bahasa yang baku yang telah di sempurnakan EYD.
Begitu juga dalam perfilman di Indonesia, komunikasi yang digunakan lebih banyak bahasa yang tidak baku. hanya beberapa siaran televisi saja yang masih mau menggunakan bahasa yang baku seperti TVRI. Dalam penulisan ilmiah karena yang diakui adalah bahasa baku yang telah disempurnakan EYD, maka bahasa ini sangat berperan penting . Lagipula lebih jelas dan dimengerti jika tulisan dan artikel menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.Jadi, kesimpulannya peranan Bahasa Indonesia dalam konsep ilmiah sangat penting sebagai jembatan komunikasi ke berbagai pihak.
Bahasa merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu bangsa karena bahasa merupakan sarana untuk membuka wawasan bangsa (khususnya pelajar dan mahasiswa) terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan mengembangkan pengetahuan. Pada umumnya, negara maju mempunyai struktur bahasa yang sudah modern dan mantap.
Pemodernan bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting. Di Jepang, misalnya, usaha pemodernan bahasa Jepang yang dirintis sejak restorasi Meizi telah mampu menjadi katalisator perkembangan ilmu dan teknologi di Jepang. Dengan pemodernan bahasa, semua sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dengan cermat sehingga wawasan berpikir bangsa Jepang dapat dikembangkan secara intensif lewat usaha penerjemahan secara besar-besaran.

Gagasan tersebut telah mendorong usaha untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa keilmuan. Usaha pemodernan ini telah ditandai dengan dibentuknya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan diterbitkannya buku Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Walaupun publikasi tersebut belum secara tuntas menggambarkan aspek kebahasaan yang diharapkan, publikasi tersebut memberi isyarat bahwa untuk memantapkan kedudukan bahasa Indonesia perlu ada suatu pembakuan baik dalam bidang ejaan maupun tata bahasa. Pembakuan ini merupakan suatu prasyarat untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa keilmuan. Publikasi itu merupakan salah satu sarana untuk menuju ke status tersebut.
Kita memaklumi bahwa bahasa Inggris yang kita kenal sekarang memang dapat dikatakan mempunyai ejaan dan struktur bahasa yang baku. Oleh karena itu, bahasa tersebut telah mencapai status untuk digunakan sebagai bahasa keilmuan. Tentu saja kedudukan semacam itu tidak terjadi begitu saja. Bahasa tersebut telah mengalami pengembangan dan perluasan dalam waktu hampir tiga abad untuk mencapai statusnya seperti sekarang. Status yang demikian akhirnya juga menjadi sikap mental bagi pemakai dan penuturnya. Artinya, kesalahan dalam penggunaan bahasa baik tata bahasa maupun ejaan (spelling) merupakan suatu kesalahan yang dianggap _tercela_ dan memalukan apalagi di kalangan akademik. Sudah menjadi kebiasaan umum dalam penilaian pekerjaan tulis pelajar dan mahasiswa di Amerika bahwa salah eja akan mengurangi skor pekerjaan tulis tersebut. Hal seperti itu dapat terjadi karena pemilihan ejaan didasarkan pada kaidah yang baku dan bukan didasarkan atas selera pemakai. Bandingkan dengan keadaan di Indonesia khususnya di kalangan profesional dan akademik.
Kesadaran akan adanya pedoman yang baku mencerminkan bahwa masyarakat mempunyai mentalitas untuk mengikuti apa yang menjadi ketentuan atau kesepakatan bersama. Memang dalam setiap ketentuan yang baku selalu ada penyimpangan. Akan tetapi, penyimpangan tentu saja diharapkan sangat minimal. Bila penyimpangan lebih banyak daripada ketentuan yang baku berarti ketentuan baku tersebut praktis tidak ada manfaatnya sama sekali. Dalam kehidupan sehari-hari, bila kebijaksanaan lebih banyak dari ketentuan yang telah digariskan, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi. Bila dalam kehidupan bermasyarakat lebih banyak kebijaksanaan (yang berarti penyimpangan) dari-pada ketentuan hukum yang berlaku maka kepercayaan masyarakat terhadap hukum menjadi berkurang dan akhirnya masyarakat lebih mempercayai atau menganut jalan simpang. Oleh karena itu, semboyan bahasa menunjukkan bangsa sebenarnya bukan sekadar ungkapan klise melainkan semboyan yang mempunyai makna filosofis yang sangat dalam. Sikap masyarakat terhadap bahasa barangkali dapat dijadikan indikator mengenai sikap masyarakat dalam hidup bernegara. Mungkinkah perilaku dalam penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini merupakan refleksi sikap mental kita yang selalu mengharapkan kebijaksanaan (baca: hak istimewa, prioritas, penyimpangan, atau pengecualian terhadap hukum) daripada mengikuti ketentuan yang berlaku?
Begitu juga dalam hal ragam bahasa dalam konsep ilmiah yang menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, seperti karya tulis dan alporan penelitian harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau terpelajar dan bukan bahasa informal atau pergaulan. Ragam bahasa terdiri atas dasar media/sarana, penutur, dan pokok persoalan. Atas dasar media, ragam bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan tulis. Atas dasar penuturnya, terdapat beberapa ragam yaitu dialek, terpelajar, resmi, dan takresmi. Dari segi pokok persoalan, ada berbagai ragam antara lain ilmu, hukum, niaga, jurnalistik, dan sastra.
Ragam bahasa dalam konsep ilmiah hendaknya mengikuti ragam bahasa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambiguitas makna karena ragam bahasa ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa dalam konsep ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya adalah agar karya tersebut dapat tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan.
Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, di mana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa dan kosakata yang canggih. Ciri-ciri bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu:
1. Bermakna isinya
2. Jelas uraiannya
3. Berkesatuan yang bulat
4. Singkat dan padat
5. Memenuhi kaidah kebahasaan
6. Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah
7. Komunikatif secara ilmiah
Aspek komunikatif (keefektifan) hendaknya dicapai pada tingkat kecanggihan yang diharapkan dalam komunikasi ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah tidak selayaknya membatasi diri untuk menggunakan bahasa (struktur kalimat dan istilah) popular khususnya untuk komunikasi antarilmuwan. Karena makna simbol bahasa harus diartikan atas dasar kaidah baku, karya ilmiah tidak harus mengikuti apa yang nyatanya digunakan atau popular dengan mengorbankan makna yang seharusnya. Bahasa keilmuan tidak selayaknya mengikuti kesalahkaprahan.
Pemenuhan kaidah kebahasaan merupakan ciri utama dari bahasa keilmuan. Oleh karena itu, aspek kebahasaan dalam karya ilmiah sebenarnya adalah memanfaatkan kaidah kebahasaan untuk mengungkapkan gagasan secara cermat. Kaidah ini menyangkut struktur kalimat, diksi, perangkat peristilahan, ejaan, dan tanda baca.

Penjelasan makna arti, dari penulisan bahasa Indonesia :
KATA
Kata dengan sendirinya mempunyai arti:
• Sebuah bunyi dan perpaduan bunyi yang keluar dari mulut seseorang (ucapan). Misalnya: "sepatah kata"
• Sebuah paduan/serangkaian huruf yang membentuk sebuah makna dalam suatu bahasa tertentu.
Bila dipadukan, sering terdengar ungkapan-ungkapan seperti:
Kata mutiara, kata pengantar, kata sandi, kata kunci, tutur kata, kata kerja, kata benda, kata sifat, kata hubung, dan lain sebagainya.
FRASE
Frase atau frasa, dari bahasa Latin, phrase adalah sebuah istilah linguistik, bisa berarti:
1. kalimat
2. kata majemuk yang bisa dianggap satu kata. Misalkan rumah putih
Beberapa jenis frasa:
1. adverbial
2. adjektival
3. apositif
4. ekosentris
5. endosentris
6. nominal
7. parataktis
8. preposisional
9. verbal
KLAUSA
Klausa adalah sekelompok kata yang terdiri atas subyek (seringkali hanya satu kata benda saja) dan predikat (kadang-kadang hanya satu kata kerja saja).
Contoh:
Anjing berlari
Subject: Anjing
Predikat: berlari
KALIMAT
Kalimat, dari bahasa Arab, adalah satuan lingusitik yang terkecil yang bisa berdiri sendiri. Dalam bahasa Latin disebut sintaks atau sintaksis.
Dalam linguistik, kalimat adalah satuan dari bahasa. atau arus ujaran yang berisikan kata atau kumpulan kata yang memiliki pesan atau tujuan dan diakhiri dengan intonasi final.
WACANA
Wacana : (Sans)
1. ucapan, tutur;
2. kesatuan tutur;
3. kesatuan bahasa yang lengkap.
PARAGRAF
Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi.
Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
Macam-macam paragraf:
• Paragraf induktif: Paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
• Generalisas: Penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan data yang sesuai dengan fakta. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
• Analogi: Penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
• Paragraf hubungan sebab akibat: Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.
• Paragraf hubungan akibat sebab: Paragraf yang dimulai dengan fakta khusus yang menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis untuk diambil kesimpulan.
• Dalam paragraf hubungan sebab akibat 1 akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul beberapa akibat.
FONEM
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
MORFEM
Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.

Tugas Individu
Bahasa Indonesia

PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM KONSEP ILMIAH
Idi Dharma. S. Pd. Mm.
(Logo gundar)


oleh :
Nama : Alexandra Adelia Ersa
NPM : 12109430
Kelas : 3KA24


Sistem Informasi, Ilmu Komputer
Universitas Gunadarma
2011

jakarta traffic

Tugas Individu

Bahasa Indonesia

Kemacetan Jakarta

Idi Dharma. S. Pd. Mm.

(Logo gundar)

oleh :

Nama : Alexandra Adelia Ersa

NPM : 12109430

Kelas : 3KA24

Sistem Informasi, Ilmu Komputer

Universitas Gunadarma

2011

Kemacetan Jakarta

Saya adalah seorang mahasiswa dari sebuah universitas swasta, Gunadarma namanya. Sebuah universitas yang dapat dibilang ternama apa lagi pada bidang atau jurusan yang saya pilih yaitu sistem informasi. Gunadarma banyak mempunyai cabang-cabang, saya kebetulan adalah seorang mahasiswa Gunadarma kalimalang.

Beberapa cabang Gunadarma antara lain ada Gunadarma Depok, ada Gunadarma Kelapa dua, ada Gunadarma Salemba, ada Gunadarma Tb. Simatupang dan lain-lain. Cabang-cabang kampus saya ini terletak di daerah-daerah jakarta, dimana jakarta rawan sekali dengan yang namanya macet.

Pengalaman saya ini dimulai dari saat saya mencoba sebuah workshop yang kebetulan bertempat pada Gunadarma kampus D yaitu Depok. Salah satu syarat kelulusan di kampus saya ini adalah mengikuti 1 kali workshop, 1 kali seminar, dan 1 kali kursus. Kembali lagi pada cerita pengalaman saya waktu itu ada workshop linux pada pukul 08.00 WIB. Kebetulan saya dan 5 teman saya ini juga mahasiswa Gunadarma dan kami berangkat bersama, seperti biasanya dalam 5 pikiran manusia pasti berbeda – beda, kita sudah sepakat untuk janjian di kampus J (kalimalang) pada pukul 07.00 WIB.

Dengan tergesa-gesa saya dan ke 5 teman saya lainnya berangkat ke kampus J, pada waktu itu bisa dikatakan diantara kami berlima saya dan teman saya seorang laki-laki kami berdua punya kelemahan untuk bangun pagi, kami berdua yang paling terlambat. Singkat cerita kami berangkat dari kampus J (Kalimalang) ke kampus D (depok) pada pukul 07.10 WIB.

Perasaan kami takut, karena memang sudah peraturan kampus kami, dimana bila kalian terlambat tidak dikenakan toleransi kecuali dengan alasan yang kuat. Perjalanan kami ini dimulai dengan menaiki mobil teman saya, memasuki tol barat, lancar dan tidak ada gangguan. Lalu kami memasuki tol cikunir 2 (jor) tesentak lah kami semu, karena setelah bayar tol langsung padat, volume kendaraan terbilang ramai.

Kami sendiri heran dan menerka-nerka, apa ada kecelakaan kah? Karena kami jarang berangkat ke Jakarata pada jam kerja. Semakin lah kami menjadi ketakutan, takut akan terlambat mengikuti workshop, Mobil melaaju pelan pada saat itu saya berfikir setidaknya mobil kami tidak stuck (berhenti) tapi masih bisa jalan sedikit demi sedikit, situasi kali itu adalah padat merayap. Teman saya barulah sadar bahwa sekarang adalah hari Senin dan kebetulan kita berangkat pada jam kerja.

Sesampainya di daerah kampung rambutan, saya melihat ke luar tol, jalanan cukup lancar. Lalu munculah ide saya untuk kita keluar dari tol, keluar di kampung rambutan. Karena situasi dalam tol sendiri amat lah tidak memungkinkan untuk kita dapat sampai setidaknya tepat waktu sajalah. Ide saya ini di setujui oleh teman-teman saya.

Mobil melaju dengan cepatnya, keluar kampung rambutan. Tidak disangka-sangka macet lagi di arah ke pasar minggu, dapat di bayngkan raut wajah kami berlima sudah sangatlah panik, karena kita berfikir kami telah membayar biaya workshop, sudah memberitahu kedua orang tua kami masing-masing, bagaimana bila orang tua kami tahu kalau-kalau kami semua tidak dapat mengikuti workshop dikarenakan sebuah kemacetan kota Jakarta? Segala macam pikran telah merasuki kami. Muncul ide teman saya untuk kembali masuk tol, dan ide ini pun kami setujui. Karena di luar tol pun keadaan makin memburuk banyak Bus, metromini, dan angkot yang menyebabkan kemacetan terjadi.

Keluar masuk tol, itulah yang kami lakukan untuk mengantisipasi kemacetan Ibukota pada senin pagi hari ini. Terbayangkan raut wajah kami semua, sampai pada saat ini kami pun tertawa jika mengingat kejadiaan ini dan trauma berangkat ke Jakarta pada jam-jam kerja.

Setelah sampai kami pun tidak ada yang berani melihat jam tangan masing-masing, teman saya sibuk mencari parkiran dan 3 teman saya yang lainnya segera lari dan bergegas ke gedung utama untuk melihat dan mengijinkan saya dan teman saya, agar dapat masuk dan mengikuti workshop tersebut.

Lupakan ke 3 teman saya itu, kembali ke cerita saya dimana saya dan teman saya sedang sibuk mencari parkiran, tak ada satupun parkiran kampus Gunadarma D (Depok) yang kosong. Kami berdua memutar otak, kami pun memberanikan diri untuk parkir pararel tanpa menarik handrem.

Tidak lama kemudian ke 3 teman saya datang menghampiri kami berdua dengan wajah tersenyum-senyum, dalam hati saya berfikir apa kah ini kabar baik atau kabar buruk? Tak sabar mendengarnya saya pun datang menghampirinya dengan raut wajah panik saya bertanya keadaan dan situasi apakah kami ini diperbolehkan masuk atau tidak? Teman saya malah tertawa dan mengeluarkan sebungkus rokoknya kepada saya dan berkata mengajak saya dan yang lainnya untuk duduk bersantai di sebuah gazebo (balai-balai) kampus D, saya tak sabar dan kembali bertanya-tanya.

Teman saya hanya terdiam sambil menikmati sebatang rokok mereka, saya dan 2 teman saya yang sedaritadi sibuk memarkirkan kendaraannya masih terheran-heran, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah kami semua ini tidak di perbolehakan mengikuti workshop? Atau justru malah sebaliknya dan berharap kalau-kalau workshop itu belum berlangsung.

` Tak lama kemudian teman saya yang sedaritadi terduduk dan merokok berkata “lo tau? Betapa lucunya kita ini?” saya menjawab “Serius dikit kenapa deh?” dia tersenyum dan berkata “Kepala pembicara workshop linux kita aja tuh belum dateng! Hahahahahah. Terjebak macet, parah enggak tuh Jakarat?!” saya pun terdiam dan seketika itu tertawa.

Saya pun melihat ke jam tangan yang saya gunakan disitu menunjukan sudah pukul 08.45WIB sementara mulai workshop jam 08.00. saya pun tertawa geli dan berkata dalam hati “Ada untungnya tadi macet di kampung rambutan, setidaknya pembicara terlambat. Dan kami pun diperbolehkan masuk”

Setelah kami menikmati rokok sambil menunggu jalannya waktu kami pun mengikuti workshop yang dimulai pada pukul 09.00WIB. hingga selesai, kami keluar dari gedung 1 tepat pada pukul 16.00WIB. karena kami semua trauma dan mengingat hari ini adalah hari senin, di tambah lagi pada pukul 16.00WIB adalah dimana tepat orang-orang kantoran pulang kerja, sudah pasti dan hukum wajib dijalanan ibu kota ini pasti mengalami kemacetan.

Karena itu kami mencoba menghindari kemacetan tersebut dengan cara makan terlebih dahulu, atau istilahnya kami mengulur waktu. Kami makan di sebuah warung dekat kampus, asik bercerita dan bersenda gurau, tak terasa waktu menunjukan pukul 18.00WIB. kami pun bergegas pulang menuju bekasi.

Daerah pasar minggu masih aman, tak terfikir oleh kami akan terkena macet kembali, karena tidak ada tanda-tanda adanya kemacetan. Volume kendaraan pun tidak terpantau padat. Hanya saja masih ramai,kendaraam=n kami pun melaju cepat hingga sampai pada pintu keluar tol barat, dimana kemacetan terjadi dan amat sangat aneh, karena asing bagi kami yang jarang pergi ke kota Jakarta di hari kerja. Lama sekali kami menunggu.

Dalam hati saya berfikir, berarti rata-rata banyak orang dari Bekasi yang mencari nafkah ke ibukota ya, sampai-sampai padat sekali pada jam 18.00 seharusnya tidak terjadi kemacetan, lalu saya menarik kesimpulan bahwa kemacetan yang terjadi dikarenakan banyaknya mobil pribadi ataupun kendaraan pribadi yang daritadi saya saksikan selama perjalanan berangkat maupun pulang dalam 1 mobil hanya ada 1 orang, bayangkan saja jika semua orang kantoran naik kendaraan pribadi masing-masing, nah itulah penyebabnya kenapa ibukota kita terkenal sekali dengan kemacetannya.

Tidak hanya mobil, motorpun banyak sekali dijalan-jalan sedaritadi saya perhatikan motor bagaikan serangga jalanan, dikarenakan pada jaman sekarang ini memiliki kendaraan pribadi tidak lah sulit, hanya bermodalkan kartu keluarga, slip gaji, rekening listrik sudah dapat membawa pulang sebuah motor mewah

Pantas saja, Jakarta ini macet. Suara teman saya membangunkan saya dari lamunan malam ini, tak sadar kami sudah sampai di kampus J (Kalimalang) pada Pukul 20.00WIB bayangkan 2jam kami terjebak macet dijalanan. Turun dari mobil pun kami beristirahat sebentar hanya untuk sekedar meluruskan kaki yang sudah pasti kaku, dan memberi sebotol minuman untuk menuntaskan dahaga kami.

Sambil bercerita dan tertawa, mengenai kemacetan Jakarta, yang membuat kami trauma untuk pergi kembali kesana pada hari kerja belum lagi ditambah cuaca kota Jakarta yang panas sekali, membuat raut wajah orang Jakarta menjadi sangar-sangar hahahaha.

Kami pun pulang kerumah masing-masing dengan tingkat kelelahan yang sangatlah lelah, bayangkan orang Jakarta yang sehari-hari melakukan aktifitas belum lagi terjebak kemacetan ibu kota ckckckc.