Minggu, 06 November 2011

jakarta traffic

Tugas Individu

Bahasa Indonesia

Kemacetan Jakarta

Idi Dharma. S. Pd. Mm.

(Logo gundar)

oleh :

Nama : Alexandra Adelia Ersa

NPM : 12109430

Kelas : 3KA24

Sistem Informasi, Ilmu Komputer

Universitas Gunadarma

2011

Kemacetan Jakarta

Saya adalah seorang mahasiswa dari sebuah universitas swasta, Gunadarma namanya. Sebuah universitas yang dapat dibilang ternama apa lagi pada bidang atau jurusan yang saya pilih yaitu sistem informasi. Gunadarma banyak mempunyai cabang-cabang, saya kebetulan adalah seorang mahasiswa Gunadarma kalimalang.

Beberapa cabang Gunadarma antara lain ada Gunadarma Depok, ada Gunadarma Kelapa dua, ada Gunadarma Salemba, ada Gunadarma Tb. Simatupang dan lain-lain. Cabang-cabang kampus saya ini terletak di daerah-daerah jakarta, dimana jakarta rawan sekali dengan yang namanya macet.

Pengalaman saya ini dimulai dari saat saya mencoba sebuah workshop yang kebetulan bertempat pada Gunadarma kampus D yaitu Depok. Salah satu syarat kelulusan di kampus saya ini adalah mengikuti 1 kali workshop, 1 kali seminar, dan 1 kali kursus. Kembali lagi pada cerita pengalaman saya waktu itu ada workshop linux pada pukul 08.00 WIB. Kebetulan saya dan 5 teman saya ini juga mahasiswa Gunadarma dan kami berangkat bersama, seperti biasanya dalam 5 pikiran manusia pasti berbeda – beda, kita sudah sepakat untuk janjian di kampus J (kalimalang) pada pukul 07.00 WIB.

Dengan tergesa-gesa saya dan ke 5 teman saya lainnya berangkat ke kampus J, pada waktu itu bisa dikatakan diantara kami berlima saya dan teman saya seorang laki-laki kami berdua punya kelemahan untuk bangun pagi, kami berdua yang paling terlambat. Singkat cerita kami berangkat dari kampus J (Kalimalang) ke kampus D (depok) pada pukul 07.10 WIB.

Perasaan kami takut, karena memang sudah peraturan kampus kami, dimana bila kalian terlambat tidak dikenakan toleransi kecuali dengan alasan yang kuat. Perjalanan kami ini dimulai dengan menaiki mobil teman saya, memasuki tol barat, lancar dan tidak ada gangguan. Lalu kami memasuki tol cikunir 2 (jor) tesentak lah kami semu, karena setelah bayar tol langsung padat, volume kendaraan terbilang ramai.

Kami sendiri heran dan menerka-nerka, apa ada kecelakaan kah? Karena kami jarang berangkat ke Jakarata pada jam kerja. Semakin lah kami menjadi ketakutan, takut akan terlambat mengikuti workshop, Mobil melaaju pelan pada saat itu saya berfikir setidaknya mobil kami tidak stuck (berhenti) tapi masih bisa jalan sedikit demi sedikit, situasi kali itu adalah padat merayap. Teman saya barulah sadar bahwa sekarang adalah hari Senin dan kebetulan kita berangkat pada jam kerja.

Sesampainya di daerah kampung rambutan, saya melihat ke luar tol, jalanan cukup lancar. Lalu munculah ide saya untuk kita keluar dari tol, keluar di kampung rambutan. Karena situasi dalam tol sendiri amat lah tidak memungkinkan untuk kita dapat sampai setidaknya tepat waktu sajalah. Ide saya ini di setujui oleh teman-teman saya.

Mobil melaju dengan cepatnya, keluar kampung rambutan. Tidak disangka-sangka macet lagi di arah ke pasar minggu, dapat di bayngkan raut wajah kami berlima sudah sangatlah panik, karena kita berfikir kami telah membayar biaya workshop, sudah memberitahu kedua orang tua kami masing-masing, bagaimana bila orang tua kami tahu kalau-kalau kami semua tidak dapat mengikuti workshop dikarenakan sebuah kemacetan kota Jakarta? Segala macam pikran telah merasuki kami. Muncul ide teman saya untuk kembali masuk tol, dan ide ini pun kami setujui. Karena di luar tol pun keadaan makin memburuk banyak Bus, metromini, dan angkot yang menyebabkan kemacetan terjadi.

Keluar masuk tol, itulah yang kami lakukan untuk mengantisipasi kemacetan Ibukota pada senin pagi hari ini. Terbayangkan raut wajah kami semua, sampai pada saat ini kami pun tertawa jika mengingat kejadiaan ini dan trauma berangkat ke Jakarta pada jam-jam kerja.

Setelah sampai kami pun tidak ada yang berani melihat jam tangan masing-masing, teman saya sibuk mencari parkiran dan 3 teman saya yang lainnya segera lari dan bergegas ke gedung utama untuk melihat dan mengijinkan saya dan teman saya, agar dapat masuk dan mengikuti workshop tersebut.

Lupakan ke 3 teman saya itu, kembali ke cerita saya dimana saya dan teman saya sedang sibuk mencari parkiran, tak ada satupun parkiran kampus Gunadarma D (Depok) yang kosong. Kami berdua memutar otak, kami pun memberanikan diri untuk parkir pararel tanpa menarik handrem.

Tidak lama kemudian ke 3 teman saya datang menghampiri kami berdua dengan wajah tersenyum-senyum, dalam hati saya berfikir apa kah ini kabar baik atau kabar buruk? Tak sabar mendengarnya saya pun datang menghampirinya dengan raut wajah panik saya bertanya keadaan dan situasi apakah kami ini diperbolehkan masuk atau tidak? Teman saya malah tertawa dan mengeluarkan sebungkus rokoknya kepada saya dan berkata mengajak saya dan yang lainnya untuk duduk bersantai di sebuah gazebo (balai-balai) kampus D, saya tak sabar dan kembali bertanya-tanya.

Teman saya hanya terdiam sambil menikmati sebatang rokok mereka, saya dan 2 teman saya yang sedaritadi sibuk memarkirkan kendaraannya masih terheran-heran, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah kami semua ini tidak di perbolehakan mengikuti workshop? Atau justru malah sebaliknya dan berharap kalau-kalau workshop itu belum berlangsung.

` Tak lama kemudian teman saya yang sedaritadi terduduk dan merokok berkata “lo tau? Betapa lucunya kita ini?” saya menjawab “Serius dikit kenapa deh?” dia tersenyum dan berkata “Kepala pembicara workshop linux kita aja tuh belum dateng! Hahahahahah. Terjebak macet, parah enggak tuh Jakarat?!” saya pun terdiam dan seketika itu tertawa.

Saya pun melihat ke jam tangan yang saya gunakan disitu menunjukan sudah pukul 08.45WIB sementara mulai workshop jam 08.00. saya pun tertawa geli dan berkata dalam hati “Ada untungnya tadi macet di kampung rambutan, setidaknya pembicara terlambat. Dan kami pun diperbolehkan masuk”

Setelah kami menikmati rokok sambil menunggu jalannya waktu kami pun mengikuti workshop yang dimulai pada pukul 09.00WIB. hingga selesai, kami keluar dari gedung 1 tepat pada pukul 16.00WIB. karena kami semua trauma dan mengingat hari ini adalah hari senin, di tambah lagi pada pukul 16.00WIB adalah dimana tepat orang-orang kantoran pulang kerja, sudah pasti dan hukum wajib dijalanan ibu kota ini pasti mengalami kemacetan.

Karena itu kami mencoba menghindari kemacetan tersebut dengan cara makan terlebih dahulu, atau istilahnya kami mengulur waktu. Kami makan di sebuah warung dekat kampus, asik bercerita dan bersenda gurau, tak terasa waktu menunjukan pukul 18.00WIB. kami pun bergegas pulang menuju bekasi.

Daerah pasar minggu masih aman, tak terfikir oleh kami akan terkena macet kembali, karena tidak ada tanda-tanda adanya kemacetan. Volume kendaraan pun tidak terpantau padat. Hanya saja masih ramai,kendaraam=n kami pun melaju cepat hingga sampai pada pintu keluar tol barat, dimana kemacetan terjadi dan amat sangat aneh, karena asing bagi kami yang jarang pergi ke kota Jakarta di hari kerja. Lama sekali kami menunggu.

Dalam hati saya berfikir, berarti rata-rata banyak orang dari Bekasi yang mencari nafkah ke ibukota ya, sampai-sampai padat sekali pada jam 18.00 seharusnya tidak terjadi kemacetan, lalu saya menarik kesimpulan bahwa kemacetan yang terjadi dikarenakan banyaknya mobil pribadi ataupun kendaraan pribadi yang daritadi saya saksikan selama perjalanan berangkat maupun pulang dalam 1 mobil hanya ada 1 orang, bayangkan saja jika semua orang kantoran naik kendaraan pribadi masing-masing, nah itulah penyebabnya kenapa ibukota kita terkenal sekali dengan kemacetannya.

Tidak hanya mobil, motorpun banyak sekali dijalan-jalan sedaritadi saya perhatikan motor bagaikan serangga jalanan, dikarenakan pada jaman sekarang ini memiliki kendaraan pribadi tidak lah sulit, hanya bermodalkan kartu keluarga, slip gaji, rekening listrik sudah dapat membawa pulang sebuah motor mewah

Pantas saja, Jakarta ini macet. Suara teman saya membangunkan saya dari lamunan malam ini, tak sadar kami sudah sampai di kampus J (Kalimalang) pada Pukul 20.00WIB bayangkan 2jam kami terjebak macet dijalanan. Turun dari mobil pun kami beristirahat sebentar hanya untuk sekedar meluruskan kaki yang sudah pasti kaku, dan memberi sebotol minuman untuk menuntaskan dahaga kami.

Sambil bercerita dan tertawa, mengenai kemacetan Jakarta, yang membuat kami trauma untuk pergi kembali kesana pada hari kerja belum lagi ditambah cuaca kota Jakarta yang panas sekali, membuat raut wajah orang Jakarta menjadi sangar-sangar hahahaha.

Kami pun pulang kerumah masing-masing dengan tingkat kelelahan yang sangatlah lelah, bayangkan orang Jakarta yang sehari-hari melakukan aktifitas belum lagi terjebak kemacetan ibu kota ckckckc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar