Sabtu, 06 November 2010

cerpen dua sahabat


Dua Sahabat

            Suatu hari di sebuah universitas swasta ternama, sebut saja amel dia adalah seorang mahasiswi terbaik semester ini dan digemari oleh banyak mahasiswa/i di kampusnya. Tubuhnya tinggi semampai dengan rambut panjang sepinggang terurai agak keriting bergelombang, cantik memang dan berasal dari kalangan keluarga terpandang, sedang jalan di koridor kampus bersama ke 4 teman wanitanya.
            Tak lama ada seorang mahasiswi menghampirinya untuk sekedar mengajak amel berkenalan, memang di butuhkan keberaniaan yang cukup besar untuk menyapa amel ini, siapa yang tidak ? bayangkan seorang mahasiswi ternama dan dari keluarga terpandang. Skip sajalah yang itu kembali pada cerita, mahasiswi itu datang kepada amel mewawancarainya untuk memuat berita tentang amel yang akan di terbitkan sabtu depan di majalah kampus.
            Tak lama mereka berdua saling berbicara tanggapan siswi ini pun berubah, tadinya dia berfikiran bahwa amel ini adalah seorang wanita yang sombong, penuh keangkuhan, dan sempurna. Ternyata tidak amel adalah seorang yang ramah, baik, dan suka berteman, bhkan dia adalah mahasiswi yang tidak sombong walaupun dengan segala piala yang telah di kantonginya, dia mau berbagi dengan teman-temanya.
            Mahasiswi ini pun merasa nyaman berada didekat amel, tetapi tidak demikian dengan ke 3 teman amel. Mereka memandang siswi ini dengan pandangan sinis tajam yang seakan-akan menunggu celah untuk mengejeknya , cukup menakutkan tetapi amel pun sadar atas ketidaknyamanan yang ditunjukan dari ke 3 temanya, malahan amel mewakili ke 3 temannya untuk meminta maaf atas perlakuan teman-temanya yang memang sedaritadi tidak menyukai siswi tersebut, bagaimana tidak mereka berbeda kalangan si siswi ini dari kalangan tak ter pandang, untuk meneruskan kuliah saja dia harus bersusah payah mendapatkan beasiswa, siswi Ini adalah siswi pintar di universitas tersebut, tetapi karena keterbatasan dana maka dia agak sedikit minder.
            Sebut saja dia Rani, amel pun ingin berteman dengan amel, walaupun segala kondisi rani yang begitu miskinnya, tetapi amel salut atas sifat rani yang begitu gigihnya dalam memperjuangkan kuliah dia mau belajar dari hal-hal kecil dan amatlah telaten. Banyak talenta yang sesungguhnya dimiliki Rani, setelah pertemuan ini maka akhirnya amel pun bersahabat dengan Rani, dan ke 3 temannya walaupun tidak menyetujuinya tetapi amel tidak memilih-milih teman siapa saja boleh menjadi temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar